Apakah Teofani?



Teofani, adalah suatu istilah dalam ilmu teologi, yang berasal dari bahasa Yunani: τεοφάνια - THEOPHANIA, berasal dari dua kata, kata benda θεός - THEOS (Allah) dan kata kerja φανερόω - PHANEROÔ yang artinya menampakkan, mewujudkan (diri). Maka,THEOPHANIA adalah penampakan Allah/ appearance of God/ a manifestation of God to the world


PEMAHAMAN TEOFANI:


    TUHAN Allah menampakkan diri dengan tanda-tanda yang dapat dihayati oleh yang bersangkutan, sehingga ybs. sadar bahwa mereka berhadapan dengan Allah sendiri. Umpamanya, Allah menampakkan diri-Nya kepada Musa dalam nyala api yang keluar dari semak duri, Allah menampakkan diri kepada Israel di dalam tiang awan, dalam awan yang padat yang disertai guruh dan kilat di atas gunung Sinai, di dalam kemuliaan-Nya yang melalui Musa, menampakkan diri kepada Gideon sebagai Malaikat TUHAN (MAL'AKH YHVH), dan seterusnya.


    Dalam kitab PL peristiwa teofani dapat dilihat dalam tiga wujud: 
      1) Malaikat, yang mengunjungi Abraham (Kejadian 18:1-3; 32: 28-30); 
      2) wujud “manusia” Panglima Balatentara (Hakim 13: 28); 
      3) dalam wujud benda, “semak” terbakar.

    Ini semua dalam konteks providensi Allah yang khusus.

    Theofani atau penampakan diri TUHAN Allah ini bukanlah kehadiran TUHAN Allah yang tanpa keaktifan dan tanpa waktu, melainkan dengan manampakkan diri ini TUHAN Allah hadir dengan nyata atau mendatangi umat-Nya serta berada di tengah-tengah umat-Nya. Ia berdiam di antara umat-Nya. Maka penampakan diri ini termasuk perbuatan atau karya TUHAN Allah yang historis, baik yang mendatangkan hukuman maupun yang mendatangkan pertolongan.

    Istilah 'teofani' penampakan Allah dalam bentuk yang kelihatan, berbeda dengan inkarnasi. Dalam inkarnasi, terdapat kesatuan yang tetap antara kemanusiaan dan keilahian.

      * Kejadian 15:1
      Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: "Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."

      * Kejadian 17:1
      Ketika Abram berumur sembilan puluh sembilan tahun, maka TUHAN menampakkan diri kepada Abram dan berfirman kepadanya: "Akulah Allah Yang Mahakuasa, hiduplah di hadapan-Ku dengan tidak bercela."

      * Kejadian 26:2
      Lalu TUHAN menampakkan diri kepadanya serta berfirman: "Janganlah pergi ke Mesir, diamlah di negeri yang akan Kukatakan kepadamu."

      * Kejadian 48:3
      Berkatalah Yakub kepada Yusuf: "Allah, Yang Mahakuasa telah menampakkan diri kepadaku di Lus di tanah Kanaan dan memberkati aku."

      * Keluaran 4:1
      Lalu sahut Musa: "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?"

      * Kisah Para Rasul 7:2 
      Jawab Stefanus: 'Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran,"

    Demikian, Allah menampakkan diri sebagai manusia di hadapan Abraham dengan cara Teofani.

    Selanjutnya Tuhan Allah menyatakan diri-Nya kepada Israel dengan mujizat atau perbuatan-perbuatan-Nya yang menakjubkan. Segala perbuatan atau karya Tuhan Allah sebenarnya adalah mujizat. Mujizat ini ada bermacam-macam, sebagai umpamanya mujizat yang diadakan guna mengeluarkan Israel dari Mesir, untuk memelihara Israel dalam pengembaraannya di padang gurun, untuk memasukkan Israel ke tanah Kanaan, untuk menolong Israel dari penindasan bangsa-bangsa yang berdiam di sekitar tanah Kanaan, dan sebagainya.

    Akhirnya Tuhan Allah berfirman dengan firman atau sabda yang dapat didengar guna menyatakan atau memberitahukan kehendak-Nya. Firman ini dapat diberikan di dalam penglihatan atau wahyu, seperti yang terjadi pada para nabi, dapat juga diberikan di dalam impian dan sebagainya. Pembicaraan Tuhan Allah yang terbanyak, yang pernah terjadi di antara Tuhan Allah dengan manusia, ialah pembicaraan yang diadakan TUHAN Allah dengan Musa, yang di dalam Alkitab disebut"berbicara dengan berhadapan muka seperti seorang berbicara kepada temannya". Jikalau segala pembicaraan ini diperhatikan, tidak diperoleh kesan seolah-olah TUHAN Allah memberikan bisikan ilahi, melainkan TUHAN Allah berfirman dari luar, seperti yang terjadi di dalam pembicaraan di antara aku dan engkau.

    Dengan perantaraan ketiga cara berkomunikasi itulah Israel dapat mengenal TUHAN Allahnya dengan sebenarnya, bukan secara teori, melainkan berdasarkan pengalaman. Bahwa TUHAN Allah adalah Mahakuasa, umpamanya, bagi Israel bukanlah suatu teori, bukan suatu ajaran yang didengar dari seorang guru, sekalipun guru itu Musa, juga bukan hasil renungan atau spekulasi, yang diperoleh karena akalnya menjelajahi alam semesta ini. Demikian juga pengatahuan Israel bahwa TUHAN Allah adalah yang Mahakudus, atau yang Mahaadil, dan sebagainya. Israel mengenal TUHAN Allah karena TUHAN Allah dengan firman dan karya-karya yang menakjubkan tampil di tengah-tengah sejarah Israel.

    Berdasarkan kenyataan-kenyataan yang demikian itulah maka ada di antara para ahli yang menduga, bahwa sebutanיהוה – YHVH ("TUHAN" dalam huruf kapital) bagi Allah itu didasarkan atas ketakjuban Israel kepada segala karya Allah yang besar itu. Kata יהוה – YHVH ada sangkut-pautnya dengan kata-kata אֶהְיֶה - 'EHEYEH/ EHYEH di dalam Keluaran 3:14 tersebut di atas, yaitu sama-sama diturunkan dari kata-kerja הָיָה - HAYAH

    Kata יהוה – YHVH dipandang sebagai diturunkan dari kata seru Yahu, kata yang menunjukkan ketakjuban. Jika dugaan ini benar, maka lebih jelas lagi, bahwa Tuhan Allah memperkenalkan diri atau menyatakan diri kepada Israel dengan karya-karyanya, bukan dengan bisikan ilahi.

    Penyataan atau perkenalan TUHAN Allah yang dengan penampakan diri dan mujizat serta dengan firman-Nya itu semua dapat dirangkumkan sebagai penyataan atau perkenalan TUHAN Allah dengan firman-Nya.

    Penyataan TUHAN Allah yang dengan penampakan diri (theofaniadalah karya TUHAN Allah di dalam sejarah umat-Nya yang penuh dengan dinamika, di mana Tuhan Allah keluar dari persembunyian-Nya, sehingga Israel yakin, bahwa mereka bertemu dengan Tuhan Allah. Demikian juga halnya dengan penyataan TUHAN Allah yang dengan mujizat. Oleh karena itu maka kedua cara penyataan diri Allah ini dapat dirangkumkan menjadi penyataan Allah yang dengan karya-Nya di dalam sejarah Israel. Dengan demikian ketiga macam cara penyataan Allah tadi dapat dirangkumkan di dalam penyataan Allah yang dengan karya dan firman-Nya.

    Maka, "Teofani" ini dimengerti sebagai suatu konsep teologis yang menjelaskan kemunculan Allah dalam Perjanjian Lama dalam suatu wujud. Disini dipahami Allah yang Roh menampakan diri-Nya secara langsung kepada manusia dalam wujud jasmaniah/ragawi bisa dikenali dengan indera manusia. Dari perspektif penggenapan Perjanjian Baru (PB), kunjungan diri TUHAN Allah itu untuk meneguhkan perjanjian anugerah-Nya di masa-masa sulit dalam kerohanian umat secara pribadi maupun bangsa.


TEOFANI - KRISTOFANI


    Kalangan yang berpaham monoteisme ekstrim, mereka beranggapan TUHAN Allah tidak bisa datang ke dalam dunia dan tidak dapat berkomunikasi langsung dengan manusia. Jadi, tidak mungkin ada relasi antar-pribadi dengan manusia di dunia. Namun dalam monoteisme Kristen, TUHAN Allah yang adalah Roh, namun Dia dapat berkomunikasi antar-pribadi secara dekat. Allah yang demikian dapat turun dalam wujud kelihatan dan berkunjung secara langsung pada manusia, yang disebut "Teofani". Bahkan telah datang dalam "inkarnasi" untuk mengaktualisasikan penebusan umat-Nya (teofani riil).

    Ada orang melanjutkan konsep teofani menjadi “kristofani”. Kristofani selama ini dimengerti sebagai penampakan Kristus sebelum inkarnasi. Beberapa orang memahami pra-eksistensi Anak Allah identik dengan pra-inkarnasi Kristus. Memang ada benarnya, karena secara teologis pra-inkarnasi adalah pra-eksistensi Kristus sebelum inkarnasi, namun sebenarnya praeksistensi Anak Allah adalah eksistensi niscaya yang kekal dan mutlak dan tidak boleh disamakan dengan pra-inkarnasi Kristus di bumi. Tepatnya, pra-inkarnasi Kristus dalam teofani merupakan bagian tema pra-eksistensi Anak dalam doktrin Tritunggal.

    Disini didahului dengan identifikasi bahwa Kristus sendirilah yang ditunjuk sebagai Malaikat YHVH yang bergumul dengan Yakub. Atau juga salah satu dari tiga Malaikat Allah yang menjumpai Abraham. Peristiwa penampakan itu ditandai dengan penyembahan layaknya kepada Allah, sedangkan malaikat biasa tidak mendapatkan perlakukan istimewa demikian. Sampai disini pandangan injili ini tidak ada salahnya juga, karena didasarkan pada Alkitab kanonik (PL dan PB) yang memberitakan Kristus sebagai pusat berita keselamatan Alkitab. Ini yang disebut kristofani potensial bagi inkarnasi dalam PB.


TEOFANI - MAL'AKH YHVH


    Kristofani PL bukanlah spekulasi teologi dalam iman Kristen, inkarnasi Kristus menjadi manusia Ini dapat juga dikatakan teofani sesungguhnya. Sebelumnya sudah disinggung teofani Allah dalam Mal'akh YHVH. Studi Malaikat khusus ini tidak dapat dipelajari terpisah dari doktrin Allah karena akan memberhalakan malaikat. Dalam doktrin Allah, malaikat dipelajari dalam kerangka ciptaan Allah yang immateri. Malaikat adalah ciptaan, dan normalnya malaikat biasa adalah pesuruh Allah di dalam providensi-Nya dalam menolong umat. Namun malaikat teofani (MALAKH YHVH/ Malaikat Allah) yang tampil dalam Alkitab teridentifikasi sebagai yang disembah dan menerima sujud dan persembahan dari umat Allah. Jadi, malaikat ini bukan malaikat biasa, tetapi TUHAN Allah sendiri.

    Kalau TUHAN Allah dikatakan menampakkan diri dalam rupa malaikat (MALAKH YHVH), bukan berarti Allah berubah menjadi malaikat, tetapi Allah mengunjungi manusia secara langsung melalui rupa malaikat. Ini adalah misteri ilahi dalam rincian penjelasannya. Malaikat nya itu pun mungkin berupa manusia, seperti tercatat dengan kata-kata "tiga orang" atau "seorang". Allah adalah Roh yang berpribadi. Secara bentuk, Ia tidak berbentuk dalam material. Dalam hubungan dengan umat-Nya secara pribadi Ia memakai sarana dan prasarana yang nampak agar dapat berkomunikasi secara aktual. Prinsipnya, Allah dapat mengambil bentuk tetapi tidak terikat dan tidak boleh diikat dalam bentuk-bentuk apapun di dalam pengalaman orang percaya.


INKARNASI - TEOFANI RIIL


    Fungsi teofani Alkitab adalah untuk menyelamatkan umat berdasarkan janji-janji Nya. Secara khusus Allah datang langsung dan kelihatan ke dalam dunia manusia untuk meneguhkan iman.
    Jadi, dasarnya adalah perjanjian keselamatan-Nya yang kekal. Disinilah peristiwa teofani yang paling puncak, yaitu kedatangan Yesus Kristus dalam inkarnasi (Yohanes 1:1-17), inkarnasi Kristus yang lebih sesuai disebut "Kristofani". Daninkarnasi ini merupakan teofani yang riil, sebab Allah itu datang sebagai manusia, bisa dilihat, bisa diraba, bisa didengar dan dirasakan oleh semua indera manusia, tinggal bersama-sama dengan manusia, hidup normal sebagaimana halnya manusia-manusia yang lain di dalam pertumbuhan kemanusiaan yang lazim.

    Sang Firman yang adalah Allah itu telah menjadi manusia. Inkarnasi-Nya adalah pernyataan Firman-Nya. Kata yang dipakai di dalam Perjanjian Lama bagi firman adalah דָּבָר - DAVAR. Kata DAVAR/ DABAR berarti perkataan, akan tetapi bukan perkataan yang kosong. DAVAR/ DABAR adalah perkataan yang telah berisikan latar belakang atau dasar yang terkandung di dalam perkataan itu. (Di tangan manusia sering perkataan tidak cocok dengan isinya, sebagai ilustrasi: A adalah seorang yang jujur, sedang sebenarnya tidaklah demikian). Kata dâbar senantiasa cocok dengan perkara yang diungkapkan di dalam perkataan itu. Oleh karena itu sifat terpenting dari kata dâbar ialah kebenaran.

      * 2 Samuel 7:28
      LAI TB, Oleh sebab itu, ya Tuhan ALLAH, Engkaulah Allah dan segala firman-Mulah kebenaran; Engkau telah menjanjikan perkara yang baik ini kepada hamba-Mu.
      KJV, And now, O Lord GOD, thou art that God, and thy words be true, and thou hast promised this goodness unto thy servant:
      Hebrew, 
      וְעַתָּה ׀ אֲדֹנָי יְהוִה אַתָּה־הוּא הָאֱלֹהִים וּדְבָרֶיךָ יִהְיוּ אֱמֶת וַתְּדַבֵּר אֶל־עַבְדְּךָ אֶת־הַטֹּובָה הַזֹּאת׃
      Translit, VE'ATAH 'ADONAY YEHOVAH (baca: 'ADONAY YEHOVIH) 'ATAH-HU' HA'ELOHIM UDEVAREYKHA YIHYU 'EMET VATEDABER 'EL-'AVDEKHA 'ET-HATOVAH HAZO'T

      * Yesaya 55:10-11
      55:10 LAI TB, Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan,
      KJV, For as the rain cometh down, and the snow from heaven, and returneth not thither, but watereth the earth, and maketh it bring forth and bud, that it may give seed to the sower, and bread to the eater:
      Hebrew, 
      כִּי כַּאֲשֶׁר יֵרֵד הַגֶּשֶׁם וְהַשֶּׁלֶג מִן־הַשָּׁמַיִם וְשָׁמָּה לֹא יָשׁוּב כִּי אִם־הִרְוָה אֶת־הָאָרֶץ וְהֹולִידָהּ וְהִצְמִיחָהּ וְנָתַן זֶרַע לַזֹּרֵעַ וְלֶחֶם לָאֹכֵל׃
      Translit, KÏ KA'ASYER YERED HAGESYEM VEHASYELEG MIN-HASYAMAYIM VESYAMAH LO' YASYUV KI 'IM-HIRVAH 'ET-HA'ARETS VEHOLIDAH VEHITSMIKHAH VENATAN ZERA' LAZOREA' VELEKHEM LA'OKHEL 

      55:11 LAI TB, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
      KJV, So shall my word be that goeth forth out of my mouth: it shall not return unto me void, but it shall accomplish that which I please, and it shall prosper in the thing whereto I sent it.
      Hebrew, 
      כֵּן יִהְיֶה דְבָרִי אֲשֶׁר יֵצֵא מִפִּי לֹא־יָשׁוּב אֵלַי רֵיקָם כִּי אִם־עָשָׂה אֶת־אֲשֶׁר חָפַצְתִּי וְהִצְלִיחַ אֲשֶׁר שְׁלַחְתִּיו׃
      Translit, KEN YIHYEH DEVARÏ 'ASYER YETSE' MIPI LO'-YASYUV 'ELAY REYQAM KI 'IM-'ASAH 'ET-'ASYER KHAFATSTI VEHITSLIAKH 'ASYER SYELAKHTIV

    Dari ayat di atas dapat disimpulkan, bahwa firman TUHAN Allah adalah firman yang bekerja, bukan firman yang mati. Sebab di situ disebutkan, bahwa firman Tuhan tidak akan kembali dengan hampa, melainkan akan melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Tuhan Allah, seperti hujan dan salju yang turun dari langit tidak akan kembali lagi ke situ, melainkan akan mengairi bumi dan membuatnya subur sehingga memberikan hasil yang diharapkannya.

    Selanjutnya, bahwa firman TUHAN Allah adalah firman yang bekerja, bukan firman yang mati, ternyata dari karya penjadian TUHAN Allah. Di Mazmur 33:9, umpamanya disebutkan, "Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi; Dia memberi perintah, maka semuanya ada."

    Sebaliknya Perjanjian Lama juga mengatakan, bahwa pekerjaan TUHAN Allah adalah juga firman-Nya. Pekerjaan atau karya Tuhan Allah dipakai oleh Allah untuk berfirman. Mazmur 19:2-4 umpamanya mengatakan, bahwa langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya dan seterusnya.

    Demikianlah dari Perjanjian Lama dapat diambil kesimpulan, bahwa firman TUHAN Allah adalah firman yang bekerja, dan sebaliknya, bahwa pekerjaan atau karya Tuhan Allah adalah pekerjaan yang berbicara. Jadi jika demikian, maka firman TUHAN Allah tidak dapat dibedakan dengan karya-Nya, sedangkan karya Tuhan Allah juga tidak dapat dibedakan dengan firman-Nya. Keduanya adalah sama, dan mewujudkan dua segi dari satu kenyataan. Oleh karena itu, maka alat penyataan atau perkenalan TUHAN Allah, yaitu firman dan karya-Nya, dapat dirangkumkan menjadi penyataan TUHAN Allah yang dengan firman-Nya. Firman TUHAN Allah adalah alat komunikasi TUHAN Allah dengan manusia.

    Di dalam Perjanjian Baru ada gagasan yang baru, yaitu bahwa penyataan atau perkenalan TUHANAllah yang dengan firman-Nya itu diwujudkan di dalam diri Yesus Kristus.

    Di Markus 2:2 disebutkan, bahwa Yesus memberitakan firman kepada orang banyak (dapat dibandingkan dengan Lukas 8:1, yang menyebutkan bahwa Yesus memberitakan Injil Kerajaan Allah, juga Lukas 11:28). Di sini Yesus disejajarkan dengan para nabi di dalam Perjanjian Lama, yang memberitakan Firman TUHAN Allah. Sekalipun demikian, jikalau pemberitaan para penulis Injil itu diperhatikan, kesejajaran itu tidaklah persis sama. Ada perbedaan yang besar sekali di antara para nabi di dalam Perjanjian Lama dan Yesus.

    Pada waktu Yohanes Pembaptis mengutus para muridnya menghadap Yesus untuk mengetahui apakah Yesus ini adalah orang yang benar-benar dinantikan Israel, atau apakah bukan, para murid Yohanes diperintahkan memberitakan kepada Yohanes apa yang telah mereka dengar dan lihat. "Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar; orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik." Dari sini dapat diketahui, bahwa kata-kata Yesus tidak sama dengan kata-kata para nabi di Perjanjian Lama. Para nabi memberitakan firman Tuhan Allah yang bekerja, akan tetapi di sini firman Yesus adalah firman yang bekerja sendiri. Firman-Nya telah menyembuhkan para orang sakit dan telah membawa kabar kegirangan, sehingga harus disimpulkan, bahwa para murid Yohanes harus memberitakan kepada Yohanes, bahwa Firman Kristus adalah Firman Allah.

    Selain daripada itu, yang perlu diperhatikan di dalam bagian Injil ini ialah, bahwa firman Kristus dapat dilihat dan didengar. Firman itu dapat dilihat di dalam karya-Nya yang menyembuhkan dan dapat didengar di dalam pemberitaan kabar baik kepada yang miskin.

    Di Lukas 1:2 Lukas mengatakan, bahwa para rasul menjadi penyaksi mata dan pelayan Firman. Yang disaksikan oleh para rasul adalah karya penyelamatan Kristus dan yang diberitakan adalah karya-Nya itu. Oleh karena itu kata pelayan Firmanberarti: pelayan Kristus. Di sini Kristus diidentikkan dengan Firman Allah. Hal yang demikian juga terdapat di Kisah Para Rasul 11:1, "Rasul-rasul dan saudara-saudara di Yudea mendengar, bahwa bangsa-bangsa lain juga menerima firman Allah."

    Ada bagian Injil yang lebih mendalam lagi membicarakan hal ini, yaitu Yohanes 1.

    Di Yohanes 1:1, 14 disebutkan, bahwa Yesus Kristus adalah Firman, yang pada mulanya bersama-sama dengan Allah dan Allah adanya, tetapi yang kemudian menjadi manusia. Dengan ini jelaslah bahwa Yesus adalah pengejawantahan firman Allah, dan di dalam diri Yesus itu Tuhan Allah berfirman kepada manusia. Oleh karena itu apa yang dikatakan dan dikerjakan oleh Yesus adalah alat-alat Tuhan Allah untuk berfirman kepada manusia. TUHAN Allah berfirman dan menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya melalui Yesus dan di dalam diri-Nya. Maka Yesus Kristus adalah puncak dan akhir penyataan Tuhan Allah kepada manusia.

    Hal ini akan menjadi lebih jelas lagi jikalau ditinjau Ibrani 1:3 yang menyebutkan, bahwa Yesus adalah cahaya kemuliaanAllah dan gambar wujud Allah.

    Kata yang diterjemahkan dengan cahaya yaitu ἀπαύγασμα - apaugasma sebenarnya berarti "cahaya yang disinarkan dari", sehingga kata itu menunjukkan, bahwa cahaya itu berasal dari sumber cahaya, serta memiliki sifat-sifat serta watak yang sama dengan sumber cahaya tadi. Oleh karena itu maka ungkapan cahaya kemuliaan Allah tadi menunjukkan, bahwa Yesus memiliki kemuliaan yang sama dengan kemuliaan TUHAN Allah. Dan selanjutnya ungkapan ini juga dapat diterangkan bahwa Yesus adalah cermin yang mencerminkan TUHAN Allah.

    Kata kedua yang diterjemahkan dengan gambar wujud yaitu kata Yunani χαρακτήρ - KHARAKTÊR sebenarnya berartitindasan, tembusan, cetakan atau cap dari Allah. Dengan ungkapan ini ditentukan, bahwa Yesus menampakkan hakekat TUHAN Allah yang sebenarnya.

    Di Ibrani 1:3 ini dengan singkat dikemukakan, bahwa Yesus Kristus adalah alat penyataan Allah yang sempurna atau alat dengannya TUHAN Allah memperkenalkan diri secara sempurna. Oleh karena itu dapat dimengerti, jika Yesus di Yohanes 14:9 berkata, bahwa barangsiapa telah melihat Dia, ia telah melihat Bapa. Sebab di dalam diri Yesus itu TUHAN Allah memperkenalkan diri kepada manusia secara sempurna. Di dalam diri Yesus itu TUHAN Allah memperkenalkan isi hati-Nya.

    Demikianlah Yesus Kristus, sebagai Firman yang pada mulanya ada pada Allah dan bersama-sama dengan Allah, dan yang kemudian menjadi manusia, adalah penyataan TUHAN Allah yang sempurna. Ia adalah penyataan TUHAN Allah dengan firman yang secara kongkrit. Oleh karena itu maka segala penyataan TUHAN Allah, baik yang dengan firman-Nya maupun yang dengan karya-Nya, di dalam diri Yesus menjadi satu secara sempurna.

    Sekalipun Yesus Kristus adalah puncak dan akhir penyataan TUHAN Allah, namun hal itu tidak berarti, bahwa Kristus adalah satu-satunya penyataan TUHAN Allah.

    Pertama-tama hal ini jelas dari Ibrani 1:1-2, yang menyebutkan, bahwa setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya.

    Di sini firman Tuhan kepada nenek moyang disebutkan bersama-sama dengan firman TUHAN Allah di dalam Anak-Nya. Jika demikian maka penyataan-penyataan Tuhan Allah sejak zaman nenek-moyang hingga zaman Yesus dipandang sebagai suatu rentetan kejadian-kejadian yang terjadi di dalam suatu sejarah yang panjang, dengan cara yang bermacam-macam, dan yang menyatakan hal yang bermacam-macam juga. Jadi penyataan TUHAN Allah sebenarnya adalah pluriform atau beranekaragam, sedang Yesus adalah puncak dan akhir segala penyataan yang pluriform itu.

    Jikalau Tuhan Allah menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya, Ia tidak memperkenalkan diri-Nya sepenuhnya atau secara sempurna pada saat itu. Penyataan-Nya atau perkenalan-Nya setiap waktu diselaraskan dengan keadaan orang yang menerima penyataan tadi. Bukankah penyataan TUHAN Allah itu dikaitkan dengan janji-janji-Nya? Umpamanya, setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa Tuhan Allah menyatakan diri-Nya sebagai Pembalas Hukum dan sebagai Pengasih. Kepada Abraham Tuhan Allah menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya sebagai yang Mahakuasa, yang dapat memberikan anak kepada Abraham, meski Sarai disebutkan mandul. Di Horeb Tuhan Allah menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya kepada Musa sebagai TUHAN Allah perjanjian. Demikian seterusnya.

    Penyataan-penyataan TUHAN Allah kepada para nenek-moyang tadi oleh Alkitab jelas dipandang sebagai penyataan yang benar-benar nyata. Menurut Yesaya 1:3 dan Yeremia 2:3 umpamanya, dosa bangsa Israel ialah bahwa bangsa itu tidak mau mengakui adanya penyataan TUHAN Allah kepada nenek-moyang mereka.

    Bahwa TUHAN Allah bukan hanya menyatakan diri di dalam Kristus saja, selanjutnya dapat diuraikan sebagai berikut:

    Dari Alkitab diketahui, bahwa segera Israel mengenal TUHAN Allahnya sebagai "Allah yang berbuat", yang dengan nyata bertindak di dalam sejarah, maka segera terdengarlah pemberitaan, bahwa Tuhan Allah yang "Mahakuasa di dalam sejarah" itu adalah juga Tuhan Allah yang "Mahakuasa di dalam alam semesta". Dialah yang menggempakan bumi dan menghancurkan bukit-bukit, bahkan Dialah yang menjadikan itu semuanya.

    Di Yeremia 27 disebutkan, bahwa pada waktu itu datanglah utusan dari beberapa negara tetangga di Yerusalem untuk meminta kepada Yehuda, agar mau menggabungkan diri dengan para raja tetangga tadi untuk memberontak terhadap Babel. Sebagian besar rakyat Yehuda menyambut ajakan itu dengan girang. Akan tetapi raja Zedekia ragu-ragu. Dengan suatu tindakan yang simbolis Yeremia diperintahkan oleh Tuhan Allah untuk memberitakan, bahwa Yehuda harus menyerah kepaa Babel. Pemberitaan yang demikian itu disertai ucapan yang demikian, "Akulah yang menjadikan bumi, manusia dan hewan yang ada di atas bumi dengan kekuatan-Ku yang besar dan dengan lengan-Ku yang terentang, dan Aku memberikannya kepada orang yang benar di mata-Ku" (Yeremia 27:5)

    Firman ini bermaksud menunjukkan, bahwa TUHAN Allah yang Mahakuasa, yang menjadikan langit dan bumi serta segala isinya itu telah memberikan kekuasaan atas dunia kepada Babel. Oleh karena itu suatu pemberontakan terhadap Babel akan membawa kecelakaan kepada Yehuda. Di sini kemahakuasaan Tuhan Allah di dalam sejarah dikembalikan kepada dasar, bahwa Tuhan Allahlah yang menjadikan segala sesuatu. Tindakan TUHAN Allah yang Mahakuasa di dalam sejarah tadi dikatakan sebagai berlandaskan kepada kemahakuasaan-Nya sebagai Al-khalik, dan hal itu terjadi dengan secara erat sekali. Memang, menurut Perjanjian Lama bentuk sejarah, yaitu karya TUHAN Allah di dalam sejarah, adalah karya-Nya yang sama dengan menjadikan. Kata yang dipergunakan untuk mengungkapkan karya TUHAN Allah di dalam sejarah adalah sama dengan kata yang dipergunakan untuk mengucapkan penjadian, yaitu kata arb-bârâ'.

    Kata בָּרָא - BARA' kecuali dipergunakan untuk menyebutkan karya penjadian, juga dipergunakan untuk mengungkapkan mujizat-mujizat TUHAN Allah.

    Dari uraian di atas jelaslah bahwa TUHAN Allah bukanlah hanya menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya dengan perantaraan karya-Nya yang ditujukan kepada penyelamatan umat Israel, akan tetapi Ia juga memperkenalkan diri-Nya dengan perantaraan karya-Nya di dalam alam semesta. Oleh karena itu segera setelah Israel mengenal TUHAN Allahnya dengan perantaraan firman dan karya-Nya yang ditujukan kepadanya, maka terbukalah mata Israel, dan dapatlah ia melihat Tuhan Allahnya di dalam segala karya-Nya. Alam semesta, yang semula seolah-olah bisa, sekarang dapat berbicara. Itulah sebabnya juru Mazmur dapat berkata, "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!" Demikian juga Mazmur 19 dapat mengatakan, bahwa langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya.

    Para juru Mazmur di sini tidak melihat adanya ketegangan di antara karya TUHAN Allah di dalam alam semesta dan karya-Nya di dalam penyelamatan.

    Bukan hanya alam semesta "sebagai hasil karya tangan Allah" saja yang menyatakan atau memperkenalkan TUHAN Allah kepada manusia, melainkan juga "karya Allah untuk memelihara" alam semesta itu. Mazmur 33 mengajak kita untuk memuji TUHAN Allah, karena kesetiaan-Nya terhadap segala perbuatan tangan-Nya. Bumi telah dipenuhi dengan kemurahan Allah. Tuhan bukan hanya menjadikan alam semesta, akan tetapi Dia jugalah yang memeliharanya. Dialah yang menutupi langit dengan awan-awan, yang menyediakan hujan bagi bumi dan yang membuat gunung-gunung menumbuhkan rumput, dan seterusnya.

    Berdasarkan hal itu semua, maka Rasul Paulus di Roma 1:19-12 dapat mengatakan, bahwa apa yang dapat diketahui manusia tentang Allah telah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka sehingga apa yang tidak nampak dari-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia dijadikan. Akan tetapi hal ini bukan berarti, bahwa segala manusia dengan akalnya dapat mengenal Tuhan Allah, seperti yang diajarkan oleh Plato, yaitu dengan mempelajari alam semesta. Kata yang diterjemahkan dengan karya-Nya di dalam ayat 20 ialah ποίημα - poiêma, yang kiranya lebih tepat diterjemahkan dengan hal-hal yang dikerjakan, yaitu karya TUHAN Allah atau perbuatan-perbuatan-Nya di dalam sejarah, yang setiap waktu dihadapi oleh manusia. Dengan perbuatan-perbuatan TUHAN Allah di dalam sejarah inilah manusia sejak semula dan setiap saat dikonfrontasikan dengan TUHAN Allah.

    Demikianlah dapat disimpulkan, bahwa ada sejarah penyataan TUHAN Allah yang menuju kepada puncak penyataan tadi, yaitu Yesus Kristus, dan ada penyataan TUHAN Allah yang melalui hasil karya-Nya di dalam alam semesta dan di dalam pemeliharaan serta pemerintah-Nya terhadap dunia. Maka kiranya tidaklah benar, jika penyataan TUHAN Allah hanya dipandang sebagai terjadi pada diri Yesus Kristus semata-mata.

    Telah diuraikan, bahwa TUHAN Allah menyatakan diri-Nya dengan firman dan karya-Nya guna menyelamatkan umat manusia, dan bahwa penyataan ini dapat dirangkumkan di dalam penyataan dengan firman-Nya, yang berpuncak pada diri Kristus. Di samping itu masih ada penyataan TUHAN Allah dengan hasil karya-Nya di dalam alam semesta, baik dalam alam semesta itu sendiri, maupun di dalam segala kejadian yang terjadi di dalam alam semesta, dan bahwa penyataan ini hanya dapat dilihat dan dimengerti oleh umat Allah, yang telah mengenal Allah sebagai Allahnya.
    Penyataan dua macam ini biasanya disebut penyataan yang khusus dan penyataan yang umum.

    Yang dimaksud dengan penyataan yang khusus ialah penyataan yang diberikan TUHAN Allah dengan firman dan karya-Nya, yang berpusat pada Kristus. Penyataan ini disebut khusus, karena hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang beriman saja. Penyataan ini dapat menyelamatkan manusia.

    Yang dimaksud dengan penyataan yang umum ialah penyataan TUHAN Allah yang dengan perantaraan firman dan karya-Nya di dalam alam semesta, di dalam sejarah dan juga di dalam hati sanubari manusia. Penyataan ini disebut umum, karena diperuntukkan bagi manusia pada umumnya, tanpa terkecuali. Penyataan ini tidak dapat menyelamatkan manusia.


TEOFANI - KRISTOFANI SELANJUTNYA:


    Kristofani yang nyata adalah teofani riil yang terjadi sejak Kristus lahir sebagai bayi, melakukan pelayanan di bumi, disalibkan untuk menjadi kurban tebusan, dan naik ke Surga, dalam apa yang disebut masa inkarnasi. Apakah mungkin ada penampakan Allah (teofani) terjadi lagi setelah kenaikan Kristus ke Surga? Atau masih mungkinkah bagi jemaat Kristus mendapat kunjungan teofani? Karena ternyata, ada orang pada masa kini mempunyai kesaksian tentang pengalaman pribadi dengan TUHAN Allah yang menampakkan diri dalam bentuk yang kelihatan, layaknya teofani, bahkan kristofani pada masa kini. Kelak puncaknya pada kedatangan Kristus kedua yang dinyatakan dalam penampakan Kristus di langit. Ini yang kita katakan kristofani mulia pada parousia (kedatangan) yang kedua kalinya nanti. 

    Bagaimana pun juga, penampakan Kristus kembali pada parousia adalah untuk menjemput kita di dunia ini (1 Tesalonika 5:16). Setelah kedatangan-Nya yang pertama dalam inkarnasi pada kelahiran anak dara, sebagai kristofani aktual, Ia akan menampakan diri dalam kemenangan sebagai Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan. Inilah yang dikatakan penampakan Kristus yang terakhir di langit pada akhir zaman.

    Teofani adalah tanda kekuasaan TUHAN Allah yang yang senantiasa ingin berhubungan dengan makhluk ciptaan-Nya di dalam dunia nyata sehari-hari. Maksud Teofani bukan hanya kasih setia Allah, tetapi juga belas-kasihan khusus dari TUHAN Allah kepada umat-Nya dalam maksud keselamatan agar manusia dapat bersama-sama dengan TUHAN Allah dalam kehidupan yang kekal.

0 Response to "Apakah Teofani?"

Posting Komentar